Home Kesehatan Penyakit Antraks di Gunung Kidul. Sebenarnya Apa Sih Antraks Itu?

Penyakit Antraks di Gunung Kidul. Sebenarnya Apa Sih Antraks Itu?

by Tim Korsev

Gunung Kidul kembali dilanda penyakit antraks untuk kesekian kalinya. Menurut catatan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, antraks pernah mewabah pada Mei dan Desember 2019, Januari 2020, Januari 2022, dan Juni tahun ini. Penyakit ini terungkap kembali setelah adanya berita tiga warga Dusun Jati, Gunung Kidul yang meninggal setelah mengonsumsi daging sapi. Dilansir dari Kompas.com, faktor terjadinya kasus antraks adalah Tradisi Mbrandu atau Purak di mana masyarakat menyembelih hewan mati atau kelihatan sakit dan membagi-bagikannya.

Apa sih penyakit antraks itu? Penyakit antraks adalah penyakit hewan menular yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini membentuk spora pada rerumputan dan di tanah, kemudian menyerang hewan ternak seperti sapi, kambing, dan domba yang akan dikonsumsi oleh manusia. Jadi awalnya spora dari bakteri Bacillus anthracis di rerumputan dikonsumsi oleh hewan ternak, apabila masuk ke dalam tubuh hewan tersebut maka menyebabkan infeksi. Hewan yang terinfeksi antraks akan mengalami demam tinggi, kesulitan bernapas, terjadi pendarahan pada hidung, kejang-kejang, hingga kematian. Antraks adalah penyakit zoonosis, artinya dapat ditularkan oleh hewan ke manusia. Tetapi tenang saja karena penyakit ini tidak menular ke antar manusia. Hal ini dikatakan oleh Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie, pada Kamis (6/7/2023) kemarin. Jika manusia terpapar penyakit ini, infeksi dapat terjadi melalui luka terbuka di kulit, memakan, atau menghirup spora antraks. Dalam kasus antraks di Gunung Kidul kemarin, warga memilih untuk menyembelih dan mengonsumsi daging sapi yang sudah mati. Walaupun sudah ada yang dikubur, namun oleh warga digali kembali demi diambil dagingnya.

Umumnya gejala yang ditemui oleh penderita antraks adalah antraks kulit. Antraks jenis ini menginfeksi melalui cipratan darah atau spora pada luka terbuka di kulit. Antraks pada kulit biasanya juga terjadi karena manusia melakukan kontak fisik dengan hewan yang terinfeksi antraks. Gejala pada antraks jenis kulit ini adalah gatal-gatal, muncul benjolan dan kemerahan serta kehitaman pada bagian tengahnya, dan terjadi pembengkakan kelenjar getah bening. Antraks juga menular melalui pencernaan. Gejala antraks pada pencernaan disebabkan oleh manusia yang mengonsumsi daging hewan yang telah terinfeksi antraks. Biasanya akan merasa mual, diare, dan muntah disertai darah. Pada infeksi melalui pernapasan, manusia menghirup spora antraks yang sudah berkembang di tempat. Gejalanya ditandai dengan kesulitan bernapas, radang pada tenggorokan, dan sesak.

Untuk mencegah meluasnya penyakit antraks, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Yogyakarta memberikan antibiotik dan vaksinasi kepada hewan ternak di Gunung Kidul. Selain itu, kebijakan isolasi hewan ternak juga dilakukan untuk menahan penularan antraks.

Related Articles

Leave a Comment