Home Hiburan dan Seni Tradisi Mubeng Beteng, Dilarang Bicara Saat Melaksanakan Tradisi

Tradisi Mubeng Beteng, Dilarang Bicara Saat Melaksanakan Tradisi

by Tim Korsev

Mubeng Beteng adalah tradisi tahunan untuk merayakan 1 Muharram atau 1 Suro. Dalam tradisi ini ada sesuatu hal yang unik. Para peserta dilarang untuk berbicara, minum, makan. Karena dalam tradisi ini peserta melakukan introspeksi dan merefleksikan perbuatan pada tahun sebelumnya untuk menjadi diri yang lebih baik. Serta memanjatkan doa permohonan keselamatan dan kesejahteraan bagi diri sendiri, keluarga, dan bangsa.

Dulunya, ritual ini dilakukan oleh para prajurit Kraton. Tidak sekedar tradisi, tapi kegiatan tersebut juga dalam rangka mengamankan lingkungan Kraton. Lantaran saat itu belum ada benteng yang mengitarinya.

Tradisi ini diikuti oleh Abdi Dalem, prajurit Kraton, dan juga masyarakat umum. Tradisi mubeng beteng tidak hanya berada seputaran benteng Kraton Kasultanan Yogyakarta, tetapi juga ada mubeng Kuthagara dan mancanegara. Mancanegara yang dimaksud adalah daerah di luar wilayah kasultanan tetapi masih di wilayah Kerajaan Yogyakarta.

Karena hal tersebut, Mubeng Beteng diikuti oleh ribuan masyarakat dari dalam maupun luar Jogja yang ingin merasakan aura hening dari lampah tapa bisu itu. Meski begitu, hingga saat ini tak pernah ada perubahan sedikit pun dalam prosesi pelaksanaan tradisi ini. Kini bagian terdepan rombongan tradisi Mubeng Beteng merupakan abdi dalem yang mengenakan pakaian Jawa tanpa keris. Mereka berjalan sambil membawa bendera Indonesia dan panji-panji Keraton Yogyakara

Malam tahun baru Islam yang dimulai dari Bangsal Ponconiti Keraton Yogyakarta atau Kamadhungan Lor, menuju Ngabean, Pojok Beteng Kulon, Plengkung Gading, Pojok Beteng wetan, Jalan Ibu Ruswo, Alun-alun Utara dan kembali lagi ke Kamadhungan Lor. Laku tapa bisu atau Mubeng Beteng ini berlangsung tepat pada tengah malam tanggal 1 Suro, setelah Putri Sultan, Gusti Mangkubumi dan Gusti Condrokirono, memberangkatkan pasukan.

Related Articles

Leave a Comment